Senin, 10 Juni 2013

Sekolah

Berjudul lima
Hijau muda tegak tak tergoyah
Langkah ragu tapi pasti
Berjalan dengan detak yang ramai
Menulis cerita di atas putih
Merangkai symphoni ajaib
Dendang tawa serta sedih di rangkainya
Berdoa dalam hening
Berduka dalam sedih
Bersenang dalam kesuksesan
Melempar topi dalam akhir
Berpisah melambaikan sedih
Menjadi satu dalam lima


Pucat pasi tak berdaya

Bermanja ria dalam pelukkan

Merangkul dekap dalam detak 

Usapan lembut gundah 

Lelap dalam hening

Pulas tak bergerak

Kau erat pelukku


Lelucon basi namun makna
Cibiran lembut kala suram
Ejekan aktif di keheningan
Rangkulan hangat di penghujung gundah
Kamu adalah segalanya

Minggu, 09 Juni 2013

Syair yang tabu
Kata banyak makna
Dan alunan yang indah 
Menjadi satu dalam kata
Laksana alam
Laksana bulan
Ciptaan yang ragu 
Tempo lama yang masih nyata

Sabtu, 08 Juni 2013

Sepi, bisakah kau pergi?

Jangan ganggu aku, jangan usik semua yang aku fikirkan, dan jangan sekali-kali kau merenggut semua hasratku. Tolong pergi jangan ganggu aku. Kau hanya menggangguku. Membuatku terasa orang bodoh. Melamun. Sesekali menangis karenamu.
Hei, pergi ! Aku tidak kenapa-kenapa. Aku hanya sendiri tapi tidak merasakan sepi. Buat apa aku merasa sepi? Teman-temanku banyak, mereka sering menghiburku disaat kau datang. Oh...Saya tahu, kau datang karena kau merasa aku tak memilikinya? Atau kau datang disaat dia tak ada disampingku? Nah itu mungkin iya! Tapi aku tak mau kau datang. Buat apa? Hanya membuat senyum menjadi sendu. Tawa menjadi murung. Kau tidak penting untuk datang dan mengganggu yang sudah ada.
Satu kata yang meresahkan. Membuat nafsu menjadi lenyap seketika. Aku muak. Yap sungguh muak.
Buat apa aku merasa sepi? TIDAK BERGUNA.
Sebaiknya kau pergi. Karena aku tak butuh kau. Hanya kebelengguan yang aku rasakan disaat kau datang. Buat apa kau datang disaat semua baik? Disaat aku punya teman yang bisa mengajakku tersenyum. Bukan kau! Yang hanya membuat luntur semua.
Sudahlah. Lelah aku mencacimu. Letih aku menyuruhmu kau pergi. Silahkan kau datang, tapi tidak dalam waktu yang lama kau datang.

Selasa, 04 Juni 2013

Cermin bolehkah aku bersandar?

Cermin katakan padaku kalau pagi datang. Agar aku menatap indahnya pagi dan hirupan segar yang keluar dari daun-daun hijau itu. Katakan padaku sinarnya sanggup membangkitkan raga yang tak bergerak ini. Jiwa yang lenyap ini. Bahkan hati yang tak menemukan sinarnya pagi.
Cermin katakan padaku ketika sumber panas itu mulai menjulang hingga ke titik puncaknya. Agar aku bisa merasakan hangat. Hangat dipelukkan kasih ciptaan-Nya. Katakan aku manusia yang membutuhkan kehangatan dan kasih oleh-Nya.
Cermin katakan padaku jika waktunya tiba untuk aku menyembah-Nya. Agar aku mulai bergegas mengambil air suci. Melakukan sesuatu hingga bibir ini gemetar mengucapkan maaf pada-Nya. Rintihan suara yang letih menyebut nama besar-Nya dan keagungan-Nya.
Cermin bolehkah aku mengelilingimu? 7 kali sesuai perintah-Nya. Tak ada kata lelah lantas hanya kebahagiaan yang terpancar. Sambil kuucap sunah-Nya aku mulai mengelilimu. Aku tak lelah. Aku tak merasakan keletlahn sedikitpun. Karena aku berharap untuk bisa bertemu denganmu dan merabamu disetiap kulit jari ini. Aku ingin menciummu cermin. Aku ingin ingin membisikkan aku sangat merindukanmu.
Cermin.. Dulu kau putih, bersih dan suci. Sekarang lihat dirimu. Hitam, gelap dan sangat tidak indah seperti dulu. Apakah ini ulah ku? Ulah saudara-saudaraku? Yang datang ke tempat indah ini untuk membuang segala dosa. Tapi liat akibatnya. Mereka membuatmu menjadi hitam, gelap dan sangat tidak indah seperti dulu.
Jauh-jauh aku datang. Mengumpulkan rizky dari tahun ke tahun, tapi aku sudah melihatmu tak seindah dulu. Aku lihat ketidak ikhlasan saudara-saudaraku untuk menemuimu cermin...
Aku lihat ada kebohongan, kemunafikan dan kebejatan yang dilakukan saudara-saudaraku di bumi ini.
Hinggal putihmu berganti hitam. Sucimu berganti haram.
Cermin..
Tegurlah saudara-saudaraku di tempat ini. Agar mereka kembali ke asalnya dalam keadaan suci kembali.
Cambuklah mereka dengan balasan sifat yang mereka lakukan di asalnya. Agar mereka sadar perlakuannya tidak baik dan tidak pantas.
Kau sangat mulia cermin.
Kau sangat suci cermin.
Hangat ketika aku berada di kediamanmu. Menyebut dan membesar-besarkan nama-Nya dengan tangisan ikhlas.

Senin, 03 Juni 2013

Sampaikanlah

Untaian kata yang indah.
Tangisan bahagia yang menyenangkan.
Kepuasan akan tawa.
Sampaikan aku rindu.

Tatap yang tak asing.
Wajah yang sendu.
Telapak tangan yang kusam.
Sampaikan aku rindu.

Cemooh yang menghibur.
Membalut luka yang bahagia.
Sampaikan aku rindu.

Kepergian yang membingungkan.
Tak tau kemana.
Tanpa jejak.
Sampaikan aku rindu.

Diam di bulan.
Aktifitas tak lagi ada.
Sampaikan aku rindu.

Mekar dan kembali menguncup.
Tidur dan kembali terbangun.
Sampaikan aku rindu.

Masa demi masa.
Tak kunjung kau datang.
Sampai kapan?
Lelah itu bukan jawaban.
Letih itu bukan alasan.
Tapi setia adalah indah.


Untukmu Ibu

'Apakah cukup aku menggantikan Gunung terbesar di Indonesia dengan emas lalu aku berikan kepadamu untuk membalas jasamu bu?'
'Apakah cukup Samudra Pasifik aku gantikan dengan seputih mutiara lalu aku berikan kepadamu untuk membalas jasamu bu?'
'Apakah cukup aku bekerja siang dan malam, membanting tulang untuk mengais rezeki lalu aku berikan kepadamu untuk membalas jasamu bu?'
Rasanya semua yang aku lakukan tidak cukup untuk bisa membalas semua jasa-jasamu bu. Aku anakmu yang kau rawat dengan dekapan kasih dan sayangmu serta ketulusanmu merawatku.. Aku anakmu yang hanya bisa sesekali mebuatmu tersenyum tidak bisa aku membuatmu tersenyum seumur hidupmu. Terkadang aku hanya membuatmu mengeluarkan airmata dan merintih dalam doa untukku bu. Ibu, aku anakmu yang terkadang lupa akan jasa-jasamu. Lalai akan kehidupan duniawi. Lalai akan kewajibanku dan tujuan dalam hidup untuk membahagiakanmu bu. 
Ibu, aku pernah mengecewakanmu, tapi kau tak pernah marah padaku. 
Ibu, aku pernah membuat airmatamu jatuh, tapi kau tak pernah membalas apapun yang aku perbuat.
Ibu, aku pernah membuat hatimu sakit, tapi kamu membalas setiap hatiku sakit dengan pelukkan hangatmu.
Ibu aku hanyalah seonggok daging yang lupa daratan. Lebih sering aku membuatmu meneteskan airmata daripada aku membuatmu tersenyum. 
Ibu kau tak pernah membalas setiap kali aku membentak dengan nada tinggi. Kau selalu tersenyum setiap masalah yang diperbuat oleh anakmu. Kau selalu memaklumi. Tapi anakmu? Seakan memandang sebelah mata yang kau perbuat bu. 
Ibu, rasa sayangmu terhadapku jauh lebih besar dibanding apapun. Tapi aku? Rasa sayangku ke lawan jenis lebih besar dibanding untukmu. Aku bodoh. Aku sangat bodoh, karena menyianyiakan semua rasa sayangmu dan mengabaikannya. 
Ibu aku tak pernah membayangkan ketika waktumu untuk membuka mata, untuk yang terakhir kali tiba. Aku tak mau membayangkannya, karena aku takut. Aku takut kau pergi tapi aku selalu mengabaikan setiap detik bersamamu. Aku selalu mengabaikannya. 
Aku lupa memohon doa pada-Nya untuk menjagamu, merawatmu dan selalu memberi kesehatan untukmu. Aku sibuk dengan doa yang aku minta, Aku lupa mendoakanmu. Terlalu egois aku mendoakan diriku sendiri. Padahal aku lahir atas jerih payahmu. Aku sangat bodoh. Kau mendoakanku hingga bibir manismu bergetar, hingga rintihan ucapanmu untuk anakmu ini. Tapi aku? Jarang sekali mamnjatkan doa untukmu bu. Setiap malam kau terbangun, tepat di sepertiga malam. Kau mengenakan bahan berwarna putih yang suci, sujud demi sujud kau lakukan, tiba terkahir sujudmu. Lalu kau angkat kedua tanganmu dengan mulai membaca Basmallah kau memohon doa untuk anakmu bu. Sampai doamu usai. Kau usap airmata indahmu yang membasahi mukena dan wajahmu. Kau kembali seperti tidak ada masalah yang sedang mengahadapimu.
Ibu kau tutup semua masalah yang terjadi, kau kubur dalam-dalam di depan anakmu. Kau pasang senyum indahmu bukan kesedihanmu. Kau pandai, pandai berbohong untuk masalahmu, tapi dihadapan-Nya kau tak kuasa menyembunyikannya bu.
Ibu hanya untaran kata "MAAF" yang bisa aku ucapkan sekarang. Karena engkau sudah memafaafkanku jauh lebih dulu sebelum kata maaf terucap dari lisanku. Ibu aku bangga memiliku, aku beruntung memilikki raga yang selalu aku sebut dengan nama "IBU". Aku ingin sepertimu bu.
Kau pandai menyembunyikan masalah di hadapan anak-anakmu.
Kau pandai mengajarkan kami hal-hal baik.
Kau pandai menjelaskan mana yang baik dan buruk di dunia ini.
Kau yang aku kenal terlebih dahulu sebelum aku tahu indah buruknya bumi ini bu...
Ibu rasa terimakasih pun tak cukup untuk membalas semuanyaa....