'Apakah cukup Samudra Pasifik aku gantikan dengan seputih mutiara lalu aku berikan kepadamu untuk membalas jasamu bu?'
'Apakah cukup aku bekerja siang dan malam, membanting tulang untuk mengais rezeki lalu aku berikan kepadamu untuk membalas jasamu bu?'
Rasanya semua yang aku lakukan tidak cukup untuk bisa membalas semua jasa-jasamu bu. Aku anakmu yang kau rawat dengan dekapan kasih dan sayangmu serta ketulusanmu merawatku.. Aku anakmu yang hanya bisa sesekali mebuatmu tersenyum tidak bisa aku membuatmu tersenyum seumur hidupmu. Terkadang aku hanya membuatmu mengeluarkan airmata dan merintih dalam doa untukku bu. Ibu, aku anakmu yang terkadang lupa akan jasa-jasamu. Lalai akan kehidupan duniawi. Lalai akan kewajibanku dan tujuan dalam hidup untuk membahagiakanmu bu.
Ibu, aku pernah mengecewakanmu, tapi kau tak pernah marah padaku.
Ibu, aku pernah membuat airmatamu jatuh, tapi kau tak pernah membalas apapun yang aku perbuat.
Ibu, aku pernah membuat hatimu sakit, tapi kamu membalas setiap hatiku sakit dengan pelukkan hangatmu.
Ibu aku hanyalah seonggok daging yang lupa daratan. Lebih sering aku membuatmu meneteskan airmata daripada aku membuatmu tersenyum.
Ibu kau tak pernah membalas setiap kali aku membentak dengan nada tinggi. Kau selalu tersenyum setiap masalah yang diperbuat oleh anakmu. Kau selalu memaklumi. Tapi anakmu? Seakan memandang sebelah mata yang kau perbuat bu.
Ibu, rasa sayangmu terhadapku jauh lebih besar dibanding apapun. Tapi aku? Rasa sayangku ke lawan jenis lebih besar dibanding untukmu. Aku bodoh. Aku sangat bodoh, karena menyianyiakan semua rasa sayangmu dan mengabaikannya.
Ibu aku tak pernah membayangkan ketika waktumu untuk membuka mata, untuk yang terakhir kali tiba. Aku tak mau membayangkannya, karena aku takut. Aku takut kau pergi tapi aku selalu mengabaikan setiap detik bersamamu. Aku selalu mengabaikannya.
Aku lupa memohon doa pada-Nya untuk menjagamu, merawatmu dan selalu memberi kesehatan untukmu. Aku sibuk dengan doa yang aku minta, Aku lupa mendoakanmu. Terlalu egois aku mendoakan diriku sendiri. Padahal aku lahir atas jerih payahmu. Aku sangat bodoh. Kau mendoakanku hingga bibir manismu bergetar, hingga rintihan ucapanmu untuk anakmu ini. Tapi aku? Jarang sekali mamnjatkan doa untukmu bu. Setiap malam kau terbangun, tepat di sepertiga malam. Kau mengenakan bahan berwarna putih yang suci, sujud demi sujud kau lakukan, tiba terkahir sujudmu. Lalu kau angkat kedua tanganmu dengan mulai membaca Basmallah kau memohon doa untuk anakmu bu. Sampai doamu usai. Kau usap airmata indahmu yang membasahi mukena dan wajahmu. Kau kembali seperti tidak ada masalah yang sedang mengahadapimu.
Ibu kau tutup semua masalah yang terjadi, kau kubur dalam-dalam di depan anakmu. Kau pasang senyum indahmu bukan kesedihanmu. Kau pandai, pandai berbohong untuk masalahmu, tapi dihadapan-Nya kau tak kuasa menyembunyikannya bu.
Ibu hanya untaran kata "MAAF" yang bisa aku ucapkan sekarang. Karena engkau sudah memafaafkanku jauh lebih dulu sebelum kata maaf terucap dari lisanku. Ibu aku bangga memiliku, aku beruntung memilikki raga yang selalu aku sebut dengan nama "IBU". Aku ingin sepertimu bu.
Kau pandai menyembunyikan masalah di hadapan anak-anakmu.
Kau pandai mengajarkan kami hal-hal baik.
Kau pandai menjelaskan mana yang baik dan buruk di dunia ini.
Kau yang aku kenal terlebih dahulu sebelum aku tahu indah buruknya bumi ini bu...
Ibu rasa terimakasih pun tak cukup untuk membalas semuanyaa....
Ibu kau tutup semua masalah yang terjadi, kau kubur dalam-dalam di depan anakmu. Kau pasang senyum indahmu bukan kesedihanmu. Kau pandai, pandai berbohong untuk masalahmu, tapi dihadapan-Nya kau tak kuasa menyembunyikannya bu.
Ibu hanya untaran kata "MAAF" yang bisa aku ucapkan sekarang. Karena engkau sudah memafaafkanku jauh lebih dulu sebelum kata maaf terucap dari lisanku. Ibu aku bangga memiliku, aku beruntung memilikki raga yang selalu aku sebut dengan nama "IBU". Aku ingin sepertimu bu.
Kau pandai menyembunyikan masalah di hadapan anak-anakmu.
Kau pandai mengajarkan kami hal-hal baik.
Kau pandai menjelaskan mana yang baik dan buruk di dunia ini.
Kau yang aku kenal terlebih dahulu sebelum aku tahu indah buruknya bumi ini bu...
Ibu rasa terimakasih pun tak cukup untuk membalas semuanyaa....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar